Bagi orang Madura, pengertian kata “Karapan” atau “Kerapan” adalah adu pacu sapi memakai kaleles. Dalam pengertian secara umum sekarang kerapan sapi adalah suatu atraksi lomba kecepatan sapi yang dikendari oleh joki dengan menggunakan kaleles.
Lahirnya kerapan sapi di Madura nampaknya sejalan dengan kondisi tanah pertanian yang luas di Madura. Tanah pertanian itu dikerjakan dengan bantuan binatang peliharaan seperti sapi atau kerbau. Karena banyaknya penduduk yang memelihara ternak sapi, maka dalam menggarap lahan tersebut para petani seringkali berlomba-lomba untuk menyelesaikan pekerjaannya, lama kelamaan muncullah pertunjukan adu kerapan sapi.
Sebelum kerapan dimulai semua sapi kerap diarak memasuki lapangan, berparade agar dikenal. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi, juga merupakan arena pamer keindahan pakaian / hiasan sapi-sapi yang akan berlomba diiringi musik saronen. Atraksi kerapan sapi dimulai dari babak penyisihan, yaitu menentukan klasemen peserta untuk menentukan apakah sapinya akan dimasukkan “papan atas” atau “papan bawah”.
3.jpg
Selanjutnya dimulailah ronde penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam ronde-ronde ini pertandingan memakai sistem gugur. Sapi-sapi kerap yang sudah dinyatakan kalah tidak berhak ikut pertandingan babak selanjutnya.
Dalam mengatur taktik dan strategi bertanding ini, masing-masing tim menggunakan tenaga terampil untuk mempersiapkan sapi mereka, antara lain adalah :
1. Tukang tongkok, joki yang mengendalikan sapi pacuan.
2. Tukang tambeng, orang yang menahan kekang sapi sblm dilepas.
3. Tukang gettak, orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba sapi dapat melesat ke depan.
4. Tukang tonjak, orang yang bertugas menarik sapi agar patuh pada kemauan pelatihnya.
5. Tukang gubra, anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapinya dari tepi lapangan.